Akhirnya cukup waktu untuk memulai sedikit cerita di balik perjalan panjang Too Late to Breakfast. Menempuh jarak total hampir 3000 km dengan segala haru biru, ketidak nyamanan yang dipaksakan, dengan segala keterbatasan. Keterbatasan dari segi waktu dan yang pasti juga keuangan.
Too Late to Breakfast Crew yang didampingi teman-teman sejawat dari We Stand Crew ( Bang Dani aka Dagor, Ronny Notsin Castaway, Wendy Windo Morron, Ryan ) mengawali usaha dengan berusaha mendapatkan mobil rental yang harus murah tetapi harus dalam keadaan ready on the road tentunya.
Bantuan pilihan sulit itu terwujud akhirnya karena hubungan baik Bang Dani dengan si Mpu mobil Toyota Avanza silver tahun 2008 dengan nomor polisi BA 2370 GL.
Lets check it !!
18 Maret – Starting Point
Perjalanan dimulai sekitar pukul 02.00 WIB. Bayangkan !!! 8 penumpang dengan 3 buah gitar + 1 snare dan segala tetek bengek perlengkapan lengkap berada dalam sebuah kabin. Sempit dan memang tidak nyaman dalam keadaan tersebut. Pukul 03.30 saatnya mampir di Muaro Kalaban yang terkenal dengan sotonya yang gurih. Hhmmm, mantap !!!
Mentari menyambut pagi. Sebagian sarapan di sebuah perempatan di Muaro Bungo.
Saat makan malam disebuah negeri antah berantah didapati ban depan mobil sebelah kanan bocor. Bagasi belakang dibongkar untuk mengambil tool box yang isinya kunci-kunci lengkap, butuh waktu 30 menit untuk mengganti dengan ban cadangan.
19 Maret – Lampung, Tangerang, Jakarta
Dinihari di Lampung ketiban sial !!
Nyasar lebih dari 2 jam akibat yang lain tidur. Dan yang lebih parah, Co Pilot ikutan tidur. “Seharusnya tidak perlu masuk kota untuk sampai ke pelabuhan” kata Co Pilot tadi. Hhhmmm.
Setelah berwara-wiri akhirnya pukul 09.30 sampai di pelabuhan, langsung naik kapal, dan dimulailah Photograph Session.
Jejak kaki pertama di Pulau Jawa digoreskan di Rest Area tol untuk makan siang. Dan mari mulai membayar makanan yang semuanya mahal. Cukup tinggalkan 2 lembar uang 20 ribuan per orangnya sembari menunggu beberapa ribuan uang kembalian yang sangat tidak sebanding. First destination adalah rumah kerabat Ronny Notsin di Tangerang. Sore harinya perjalanan dilanjutkan menuju hotel tempat Suicidal Sinatra menginap. Di perjalanan inilah jalanan macet pertama kalinya dirasakan dalam trip ini, sehingga jadwal mengisi acara di Wapres gagal total. Disana beramah-tamah dengan Yunies Sinatra Hanggoro ( Manager Suicidal Sinatra yang notabene adalah orang penting yang menawarkan untuk mengisi acara Spirit Of Youth di Universitas Tantular ) dan juga para panitia acaranya.
20 Maret – Hotel ‘ transit ‘, Hotel Salemba Indah, acara Spirit of Youth di Universitas Tantular
Selepas bercerita dan tertawa panjang lebar, hunting hotel adalah kerjaan yang harus diselesaikan secepatnya mengingat waktu yang sudah hampir pukul 02.00. Banyak cerita ketika hunting hotel ini. Dimulai dari susahnya mencari kamar kosong karena bertepatan akhir pekan dari 1 hotel ke hotel lain. Tetapi yang paling berkesan adalah ketika bapak Tukang Ojek yang dimintai tolong sebagai guide membawa rombongan berulang-ulang ke hotel ‘ transit ‘ . Ya,hotel-hotel temaram yang sibuk dengan aktifitas kamar sepasang insan ibu kota yang memadu kasih diakhir pekan yang disewa hanya untuk sort atau pun long time. Yang pasti sungguh sial atau sebuah ide bodoh jika 8 orang cowok tulen yang normal ini tetap bersekukuh menginap disana sambil nge-ces, menahan gerakan jakun yang turun-naik sambil merapatkan telinga ke arah tembok atau membuat lobang kecil diikuti terdengarnya suara jeritan halus dari kamar sebelah yang membuat lutut lunglai.
Tetapi akhirnya hotel yang dicari berhasil didapat, dan memang masih kategori hotel yang diatas. Baru saja menapaki anak tangga, prediksi awal jadi kenyataan. Seorang cewek paruh baya yang hanya menggunakan handuk putih sebagai penutup tiga per empat paha atas sampai bagian dada melintas dengan rokok ditagan kiri berjalan nyantai. Hooo, mungkin dia kepanasan dan memutuskan mandi dini hari karena AC hotel rusak. Mungkin saja.. ???
Kata Wira itu hotel Grand Mahakam,hahaha. Tetapi jika diterjemahkan dengan akal sehat pastinya 100% keliru.
Aktifitas pagi hari dimulai bangun pukul 07.30. Setelah persiapan selesai,check out dari hotel dan langsung menuju venue di Universitas Tantular untuk check sound bareng Suicidal Sinatra dan The Sheena. Menjelang tengah hari perut mulai keroncongan dan memutuskan untuk makan di warteg kecil lingkungan kampus. Perut kenyang tentunya akan lebih nikmat dengan sedikit suasana santai. Oleh sebab itu kami ditemani Yunis Sinatra memutuskan untuk kembali mencari hotel yang tentunya harus lebih kondusif suasananya tanpa ada lagi godaan-godaan kenakalan. Kami yang kurang beruntung harus sedikit licik berhasil mendapatkan 2 kamar kosong di lantai 3 Hotel Salemba Indah tetapi dalam keadaan tanpa AC untuk 8 orang penghuninya dengan berbagai macam alasan . Ya, Jakarta panas dan kami hanya bermodal 1 buah kipas angin tua terpaku didinding kamar, otomatis jendela kamar dibuka. 2 orang sahabat akhirnya sampai di hotel, Ivan Pestol dan Yeye Pestol disambut dengan badan yang berkeringat tentunya.
Sehabis maghrib dengan persiapan matang kami kembali ke venue karena jadwal manggung sekitar pukul 10.00. Setiba di kampus kita juga bertemu 2 orang sahabat kita Rion Monza dan Ari aka Wanted. Lingkungan kampus kelihatan ramai dengan anak muda dengan pakaian-pakaian yang memberikan tanda bahwa mereka anak band yang juga akan berpartisipasi mengisi acara. Terlebih ketika kami membuka pintu lift lantai 8, sontak suara heboh music yang sedang dimainkan sedikit mengganggu pendengaran orang ramai. Disini kami kenalan dan beramah-tamah dengan teman-teman Jakarta termasuk Isan drummernya Speak Up dan para anak muda perantau minang yang sangat welcome. Kenalan dengan Isan yang juga merupakan keturunan urang awak dikarenakan hubungan baik yang dibangun Ronny sehingga dirasakan seperti seorang teman lama yang ramah. Dia pula lah yang membantu mempromosikan Too Late to Breakfast melalui mic sang MC. Tak lupa pula membeli merchandise untuk seorang teman yang menjadikan Suicidal Sinatra sebagai salah satu influence music mereka. Seorang teman lama juga hadir disini, Rion. Setelah aksi panggung Speak Up, The Sheena ( Hardcore Punk ), Moon River ( Rockabilly ), The Last Hero ( Putu Betel, guitar vocal merupakan kakak kandung Eka Rock SID ) akhirnya waktu untuk Too Late to Breakfast burns da City. Membawakan 2 buah lagu yang diambil dari demo, Fucking Goddam Dream dan As Soon As Posibble berhasil mendapatkan respon positif dari audiences. Rasa syukur sebesar-besarnya diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Besar atas berkahnya, untuk teriakan-teriakan yang ingin Too Late to Breakfast melanjutkan performance. Lagu tambahan yang diberikan membuat moss pit semakin ramai, terlebih Outsider dan Lady Rose yang terbiasa dengan lagu-lagu Superman Is Dead. 3 lagu usai, di bawah stage banyak teman-teman mengapresiasikannya dalam bentuk berjabat tangan dan berucap “ selamat, semoga sukses di Jakarata, habis ini manggung dimana ? “ ada pula yang memberikan CD demo mereka, dan ada pula pula yang mengajak berphoto khususnya Andre. Kata orang ini adalah kutukan untuk seorang Vokalis. Mudah-mudahan saja ini benar. Selepas itu Suicidal Sinatra dengan music phsycobilly menutup rentetan acara dengan meriah tentunya, dan dilanjutkan berphoto-photo ria.
Untuk sedikit merecharge pikiran, cuci mata, melewatkan indahnya malam dan membeli bekal ada baiknya nongkrong dulu di 7 Eleven di daerah Blok M sebelum kembali ke hotel. Cheers beers !!!
Kembali ke kamar hotel harus dengan trik tentunya, bisa-bisa diusir jika ketahuan karena tidak mungkin pihak hotel mengizinkan 4 orang dalam 1 kamar yang sebenarnya diperuntukkan hanya untuk 2 orang saja. Oleh sebab itu 2 orang pertama tanpa barang bawaan berjalan melewati receptionist langsung menuju kamar dengan acuhnya, diikuti 2 orang berikutnya setelah 5 menit. Begitulah seterusnya hingga semuanya berhasil masuk kekamar. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kesan rombongan dan berada dalam 1 kamar. Hahaha, ini adalah cara yang ampuh mengelabui receptionist dan dilakukan pada hotel-hotel selanjutnya.
21 Maret – Hotel SMKN 57 Mampang, Blok M, taruhan
Bangun tidur kesiangan sekitar pukul 1 siang. Mungkin sedikit karena pengaruh beberapa botol beer dan kelelahan akibat ruitinitas yang padat tentunya. Check out dari hotel Salemba Indah dan selanjutnya check in sebuah kamar hotel yang berbentuk cottage di SMKN 57 di daerah Mampang. Hotel ini dipilih karena low cost,nyaman dan berdekatan dengan tujuan selanjutnya yaitu Manchester United Café & Bar di daerah Thamrin.
Setelah makan nasi bungkus yang dibeli di luar hotel tentunya, tujuan selanjutnya adalah MG Musik Blok M berhubung adanya titipan seorang teman yang akan membeli gitar. Hanya sekitar 20 menit disana, pegawainya mengingatkan bahwa toko akan segera tutup. Ya,hal yang wajar mengingat kami sampai disana pukul 05.30 sore. Malam hari di daerah Blok M belum lengkap rasanya tanpa makan nasi yang dicampur tumisan sayur, gorengan sosis+baso, ekstra pedas di gerobak-gerobak kaki lima yang bersusun rapi berdampingan dengan bajaj-bajaj tua yang parkir sembraut di bawah sinar lampu penerang jalan. Hhhhmmm, nasi gila emang gila !!!
Karena Alvin ada keharusan ke Blok M Square untuk membeli kaos kaki, mau nggak mau rombongan harus ikut. Menjelang tengah malam kami beranjak ke hotel tetapi sebelumnya mampir dulu di Circle K untuk berbelanja bekal dan pastinya beberapa botol beer lagi. Cheers It’s beer time again !!!
Sesampainya di Hotel, ternyata kaos kaki yang dibeli tadi diketahui 2 pasang. Alvin menyambutnya dengan tertawa sangat riang. Mengira ini adalah kelalaian petugas packing dan dia adalah orang beruntung mendapatakan 2 pasang dengan 1 harga saja. Dengan kesombongan dan niat dermawan Alvin memberikan sepasang untuk orang yang membutuhkan dengan angkuh. Hal yang lucu, sangat ironis sekaligus memprihantikan, dengan tampang meminta belas kasihan esok harinya Alvin meminta kembali kaos kaki yang telah diberikan kepada Andre tersebut. Setelah dipaksa untuk jujur ternyata kaos kaki yang baru sekali dipakainya telah bolong tepat dibagian jempol kaki kanannya. Sontak seisi kamar ngakak meneriaki Alvin dengan ledekan maut. Hahaha, ternyata tempat dan kuantitas bukan menentukan kualitas, melainkan harga.
Ada-ada saja ide gokil yang timbul, taruhan 10.000 rupiah per peserta untuk sebuah aksi nekat yang menantang keperkasaan seorang pejantan yang diikuti Alvin, Andre, Satria, Wendy dan Ronny. Sudah barang tentu Alvin sang maniak keluar sebagai pemenang dengan catatan waktu sekitar 15 menit.
Hahahaha !!!!
22 Maret – Black Hole ‘ Rocking Monday ‘ di Manchester United ( MU ) Café & Bar, Ari Purgatory, Box Mart
Bangun tidur dimulai pukul 09.30. Menjelang sore perjalanan dilanjutkan ke MU Café & Bar untuk check sound. Waktu yang lebih setengah jam menunggu sound man datang digunakan untuk duduk dan hanya duduk-duduk. Dari kejauhan tampak seorang cowok naik escalator dengan rambut panjang yang diikat, celana pendek dan memakai sepatu converse. Tak disangka dia adalah soundman yang akan mengeset semua sound output. Gayanya yang sangat welcome membuat perbincangan panjang tanpa jeda. Perbincangan berapi-api meliputi pribadi, minang kabau, dan sebuah fillosofi tentang Underground. Dari hasil pembicaraan diketahui bahwa dia seorang Metal Head, tanpa dia menyebutnya langsung pun sudah bisa disimpulkan. Mengingat pengetahuannya tentang Metal sangat mumpuni. Mulai dari sejarah metal internasional, apalagi perkembangan metal dalam negeri yang sangat dia hargai. Dan ternyata dia juga merupakan keturunan perantauan minang yang telah tinggal lama di Bandung. Karena penasaran dengan identitas yang beliau sembunyikan, kami mencoba mencari tau siapa dia sebenarnya. Dari hasil tanya sana-sini diketahui bahwa dia memang salah seorang yang membangun music metal dalam negeri. Dengan sedikit minder kami mengetahui bahwa dia adalah Ari Purgatory. Ya, Ari vokalisnya Purgatory. Band metal ternama dengan music cadas, semua personilnya memakai topeng-topeng menakutkan, ditambah aksi liar mereka ketika beraksi di atas panggung menambah kentalnya aroma kegelapan. Yang hadir check sound hanya Too Late to Brekafast dan Verssa. Verssa adalah band binaan Bunda Ipet Potlot, bassisnya adalah ponakan kandung Bim Bim dan juga cucu dari Bunda Ipet. Hal ini membuat kami bermah-tamah dengan waktu yang lama dengan Verssa, sekalian mencari rekanan yang bisa diajak kerjasama nantinya. Selesai check sound, tujuan selanjutnya adalah membeli Ipod titipan teman bang Dani, dan makan malam di KFC Ratu Plaza. Setelah perut diisi, rehat sejenak, ini saatnya habis-habisan untuk perform di MU café & Bar. Kedatangan bang Bid Ardian, Ivan Pestol, Yeye Pestol, Rion, Wanted tentunya menjadi nilai plus bagi kami dari sisi dukungan moril dan sound output, bang Bid sempat membantu mengeset sound di panggung.
Dikarenakan audiences banyak orang-orang penting apalagi dibidang music, sedikit berhasil membuat detak jantung melaju cepat tetapi untung saja tidak menjadi beban karena untuk perform pertama malam itu adalah Too Late to Breakfast. Di tempat duduk yang disediakan, inilah kali pertamanya Too Late to Breakfast dibayar mengisi acara walaupun dalam bentuk sepitcher beer dan 1 buah kupon makan malam untuk 7 orang yang datang berbarengan. Dimulai beberapa teguk beer, dengan semangat berapi bersiap memapah tangga stage.
Tidak puas perform 6 lagu yang dijatahkan, teriakan audiences sontak serentak membahana meminta waktu lebih untuk melanjutkan performance. Disaat ini lah rasa haru bertabur bangga membuat bulu kuduk merinding dan kepala tertunduk respect berucap syukur. Penghargaan besar mereka berikan untuk sebuah band yang telah melewati lebih dari 1200 km dari kampung halamannya. Ditambah ketika menuruni tangga stage diikuti jabatan tangan dari teman-teman yang tidak diketahui nama dan latar belakangnya. Terimakasih untuk semua yang hadir disana !!!
Ketika makan malam diruang yang disediakan, beberapa orang yang tidak dikenal menghampiri menawarkan untuk mengisi acara selanjutnya yaitu Equal Park Café & Bar di jalan jaksa. Ada pula tawaran untuk mengisi acara di MasBerto dan di Wapres sebelum acara ditutup dengan foto session seluruh pihak yang berpartisipasi membangun acara.
Pengendoran urat syaraf adalah the next destination, dan tempat yang terpilih adalah Box Mart yang kabarnya baru saja dilaunching.
Janji untuk ketemuan dengan Pujien kesampaian disini sembari membuka beberapa botol beer lagi sebelum kembali ke hotel.
23 Maret – Hunting alat music, ngejamm bareng Teguh Coconut Trees
Dimulai check out dari hotel SMKN 57 Mampang. Hari selasa ini adalah hari bebas. Tujuan utamanya adalah hunting beberapa alat music titipan beberapa orang teman. Tempat pertama yang dikunjungi adalah Wijaya Music dan Serenata Musik yang tokonya berdampingan sekitar pukul 11.30. Makan siang di Warteg yang juga berada tepat disebalah toko tersebut. Selanjutnya perjalanan ke daerah depok tepatnya Dav music yang terkenal dengan harganya yang terjangkau. Disuatu plaza Alvin, Wendy, Wiera menyempatkan diri mencoba mesin pijit otomatis, pastinya membayar 5000 rupiah per 15 menit. Kegiatan di Depok selesai, selanjutnya check in 1 kamar di Hotel Istana Ratu di jalan Jaksa dengan menggunakan trik yang sebelumnya berhasil. Dengan duduk bersila sembari mengocok kartu dimulailah permainan song. Permainan dihentikan ketika sms masuk ke handphone bang Dani yang mengajak ngejamm bareng di Equal Park Café & Bar lantai 2 yang tepat berda di samping kiri hotel. Wendy dan Wira keluar sebagai pemenang diikuti duka Alvin dan bang Dani. Hahaha !!!
Lagi-lagi beberapa pitcher beer mendarat di meja. Beberapa lagu sempat dimainkan Alvin, Wira, bang Bid, Teguh yang notabene guitaristnya Steven & Coconut Trees. Ya, Equal Park Café & Bar adalah tempat nongkrong Steven & Coconut Trees, karena Steven sendiri adalah salah seorang menejer disana tetapi kebetulan saat itu Steven tidak berada disana karena sakit.
24 Maret – Acara bebas, Bandung, Abidin di Bukit Bintang
Pagi menjelang siang check out dari hotel. Rencana pertama adalah Blok M selanjutnya Taman Puring.
Hampir 2 jam bolak balik di Taman Puring rasanya belum puas mengingat banyaknya barang-barang murah yang ditawarkan tentunya dengan kualitas KW. Hahaha !!!
Memulai malam dengan nongkrong di 7 Eleven Blok M sembari menunggu kedatangan sahabat, Yeye Pestol dan Ronny yang sehari sebelumnya mengunjungi keluarga di Tangerang. Jam yang telah menunujukkan pukul 20.00 seakan-akan memberi isyarat untuk segera memulai perjalan ke Bandung. Sebelum berangkat, gitar dan perlengkapan yang dirasa tidak menguntungkan untuk dibawa dititipkan di rumah Yeye Pestol, sehingga mobil yang biasa diisi 8 orang sekarang akan diisi 9 orang. Sekitar pukul 23.30 gerbang tol Pasteur berhasil dilewati yang mengartikan telah memasuki kota Bandung. Untuk menunggu kedatangan teman-teman seperti Yoma, Djev, Fachri, Hamdani, Cukong rombongan mampir di Circle K simpang Dago. Kelak dikostan mereka lah rombongan menginap walaupun dipencar sesuai kapasitas kamar. Untuk beberapa hari kedepan, uang pembayaran kamar hotel bisa disimpan sebagai tabungan. Mengingat kondisi udara yang sangat dingin, muncul ide dari beberapa teman untuk menghabiskan malam di Bukit Bintang tentu saja ditemani Abidin ( Anggur merah Beer Dingin ) agar lebih seru. Udara cerah sehingga mata bisa menyaksikan pandangan luas diikuti semilir angin malam senantisa menyapa telinga, apalagi indahnya lampu-lampu kota ditambah suasana temaram akibat pancaran cahaya redup bintang menambah kesan eksotis Bandung jika dilihat dari puncak perbukitan Dago dimalam hari. Ya, that’s great View !!!
Waktu sudah menunjukkan 03.30, rombngan beranjak ke kostan masing-masing. Ronny yang berada dalam genggaman alcohol tidak kuasa menahan diri untuk segera memuntahkannya tepat didepan kostan Djev. Dilanjutkan dua kali lagi dikostan Fachri. Hahaha !!!
25 Maret – Kent Tattoo, Quickening, PVJ, Dago Plaza nonton shooting film
Hari pertama berada di Bandung. Dikarenakan malam harinya menginap ditempat yang berbeda, kami memutuskan kumpul makan siang di Rumah Makan Pagi Sore Tobagus. Tujuan pertama hari ini adalah studio Kent Tattoo untuk bertemu bang Ali, orang yang rencananya membuat tambahan tattoo didada bang Dani bertuliskan We Stand Crew. Setelah bercerita panjang lebar dan membuat jadwal, kami melanjutkan perjalanan ke Quickening. Fergo Pestol menghampiri kami dengan penampilan yang baru. Rambut yang dulu panjang sekarang tinggal sebatas pundak. Malamnya jalan-jalan ke PVJ tanpa tujuan yg jelas. Tidak butuh waktu lama berada disana, selanjutnya menuju Dago Plaza. Kebetulan saat itu sedang ada shooting film layar lebar, sehingga rombongan betah menyaksikan model-model cantik meliuk di depan mata sampai larut malam dengan beberapa botol beer dan beberapa bungkus kacang kulit. Ternyata Necha guitarist Sharyn in Dying Forest sudah lama berada disana menunggu rombongan datang.
26 Maret – Balik ke Jakarta, Equal Park Café & Bar
Belum cukup 2 hari di Bandung kami harus balik ke Jakarta, mengingat jadwal manggung di Equal Park Café & Bar pada malam harinya. Makan siang di Rumah Makan Pagi Sore Tobagus, kemudian menyelesaikan urusan di Wadezig Distro yang rencananya akan membuka outlet di Padang. Sore harinya kami meninggalkan Bandung. Menyempatkan istirahat sejenak minum kopi hangat di rest area tol Cipularang sembari menikmati suasana temaram senja.
Langsung saja mobil parkir diparkiran Equal Park Café & Bar sekitar pukul 20.30. Makan malam dilanjutkan di kedai kaki lima sekitaran venue. Kali ini menunya special, sate kambing kuah kacang atau sop kambing. Lebih nikmat lagi ketika disantap dengan kerupuk palembang yang gurih dengan bunyi kriuk-kriuknya. Untuk memperlancar masuknya makanan ke usus, es teh manis pesanan siap untuk diteguk. Hal yang sangat tidak mengenakkan adalah ketika proses pembayaran, lagi-lagi pembayaran. Ya, sekali lagi harus menerima dengan lapang dada ketika selembar uang 20.000 dan 10.000 diganti dengan 2-3 lembar uang ribuan. Ya !!!
Di venue Yunies Sinatra dan Mbot managernya The Sheena telah menunggu. Pukul 23.00 acara dimulai. Band pertama perform adalah Verssa, sepanggung lagi dengan Hendric cs. 5-6 lagu mereka bawakan, termasuk mengcover lagu Katty Pery dan Terlalu Manisnya Slank. Dilanjutkan oleh Ken Arok Syndicate, dan yang terakhir perform adalah Too Late to Breakfast sampai selesai sekitar pukul 03.00. Seperti acara sebelumnya Too Late to Breakfast diminta waktu tambahan lagi untuk melanjutkan perform 1-2 lagu.
27 Maret – Ngegembel di Circle K Jaksa, Serenata Musik, Jakarta Kota, dan Perjalanan pulang
Acara Equal Park Café & Bar selesai dan ini adalah acara penutup rangkaian perjalanan. Walaupun sebenarnya masih ada 2 venue yang telah dapat tawaran main yaitu MasBerto dan Wapres Bulungan. Hal ini diputuskan dengan berat, mengingat keterbatasan keuangan dan waktu yang menjadi musuh utama perjalanan. Setelah menimbang-nimbang keadaan, sekitar pukul 03.00 diputuskan lebih memilih pelataran Circle K kawasan Jaksa sebagai tempat rehat menunggu fajar dari pada harus check in hotel. Pukul 07.30 berangkat menuju Serenata Musik untuk membeli bass wendi. Sekitar 2 jam lebih mobil parkir di parkiran Serenata yang pintunya masih saja tertututp. Kesempatan inilah yang digunakan untuk tidur sejenak ketika sabagian orang ngopi di warteg sebelah. Keluar toko dengan sumringah, inilah penampakan awal dari seorang Wendy. Bagaimana tidak, sebuah kotak kardus persegi telah berda dalam rangkulan tangan kanannya. Selanjutnya mengrimkan gitar-gitar dan snare drum yang menjadi factor penentu penyempitan ruang di mobil melalului ekspedisi orang tua Wendy di derah Jakarta Kota. Sedikit lega ketika kaki bisa selonjor karena adanya ruang yang sebelumnya dipergunakan untuk tempat meletakkan gitar-gitar dan snare drum tersebut. Sore harinya adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Shoping dengan uang alakadarnya di Taman Puring. Tidak banyak yang bisa dibeli kali ini walaupun dengan harga yang lebih terjangkau bila dibandingkan dengan harga toko. Selanjutnya pamitan dengan bang Bid sebelum berangkat ke Tangerang untuk pamitan pula dengan keluarga Rony menjelang maghrib.
Dengan segala haru biru diikuti rasa syukur perjalanan pulang dimulai dari Tangerang sekitar pukul 21.00
28 Maret – Sial lagi di Lampung
Pukul 01.00 mobil menapak naik ke lambung kapal. Udara yang kurang bersahabat berhasil membuat kapal oleng beberapa kali, didramatisir pula oleh turunnya hujan dan gelombang besar. Dermaga pemberhentian jauh telah tampak mata, namun terasa sangat lama untuk bisa sampai disana. Keinginan segera meninggalkan kapal memuncak. Seakan-akan kapal tidak berdaya melawan ombak besar dan hanya mengambang di laut lepas tanpa ada tujuan yang jelas. Saat-saat inilah membuat jantung berdetak kencang, harap-harap cemas. Shock Terraphy ini berhasil dilewati setelah sekitar 30 menit berlalu. Tanah Palembang kelihatan memang tidak begitu bersahabat dengan kami. Sejam setelahnya giliran Polisi Lalu Lintas yang katanya pengayom masyarakat menjadi terror, tanpa sungkan Polantas yang gagah itu meminta uang 285.000 dengan dalih pelanggaran yang tidak jelas kebenarannya. Setelah bernegosiasi dengan alot, akhirnya tanpa ikhlas selembar uang Rp100.000 berhasil masuk kantongnya dengan rapi.
Menyambut sore hari kami telah berda di lahat. Makan siang dengan menu pecel lele di sebuah kedai kecil. Tetapi sebelumnya sempat mandi disebuah kolam renang ketika matahari tepat berada tegak lurus di atas kepala di Batu raja.
29 Maret – Padang
Makan sop di Muaro Kalaban sepertinya menjadi sebuah keharusan. Untung saja kedai yang dituju belum tutup karena jam telah menunjukkan pukul 04.00. Semangkok sop panas dengan racikan yang dirahasiakan terhidang dimeja dengan beberapa bungkus kerupuk kulit membuat badan menjadi hangat. Matahari menyinsing jalanan solok membuat kami semakin bersemangat. Mengingat jarak tempuh Solok – Padang hanya sekitar 1 jam. Puncaknya ketika mobil melewati gapura perbatasan yang bertuliskan ‘ Selamat datang di kota Padang ‘
That’s all !!!
Rasa syukur diucapkan atas berkat dan rahmat dari sang penguasa alam, Allah SWT. Untuk sebuah perjalanan panjang dengan segala haru biru, semua nikmat kesehatan dan kesempatan yang telah diberikan. Untuk seluruh tindakan yang tidak bermoral, umpatan yang terlontar, cacian, ketidak sabaran, ego yang berbuah pandangan luas akan kehidupan menjadi sebuah pelajaran berharga kearah perbaikan dimulai awal perjalanan hingga akhir.
Terima kasih kepada :
- We Stand Crew
- Rules Music Indonesian
- Suicidal Sinatra
- Yunis Sinatra Hanggoro
- Black Hole Community
- Bid Ardian
- Isan Speak Up
- Ari Purgatory
- Teguh Coconut Trees
- Putra Ken Arok Syndicate
- Yeye Pestol, Van Pestol, Fergo Pestol, Yoma, Wanted, Djev, Fachri, Cukong, Hamdani Satria, Rion, Necha Sharyn in Dying Forest, Coollar, Pujien
- Pihak kampus Universitas Tantular
- Management Manchester United Café & Bar
- Management Equal Park Café & Bar
- Orang - orang tidak dikenal yang telah mencurahkan keringat dengan tulus untuk mensupport Too Late to Breakfast selama ini.
Permohonan maaf diucapkan kepada seluruh pihak dan setiap orang yang merasa dirugikan akibat tutur kata dan tindakan, yang disengaja maupun hal –hal yang pernah dibuat diluar batas kesengajaan dan kesadaran.